Monday 17 March 2014

Kepala-kepala

Kepala-Kepala I

Kepala-kepala itu terantuk ingatan,
namun  melewatkannya dengan menengadah
Kepala-kepala itu berjalan tanpa memandang,
sedang mereka tahu menuju jurang

Kepala-kepala itu dikutuk cacian, juga serapah
Kepala-kepala yang tak ingat pada sumpah

Kepala-kepala itu punya tuhan yang mereka pajang di ruang kerja
dan yang mereka ucap sesempurna purnama di kepala mikrofon

Kepala-kepala yang pada mereka isi kitab suci tak benderang
juga pelajaran ilmu sosial telah beku pada otak mereka yang suhunya minus




Kepala-kepala II

Kepala-kepala ini mengangguk terpatah,
tebas adalah kado jika bantah mencuat dari ubun-ubun
Kepala-kepala ini menunduk,
asa mereka sudah merunduk menembus tanah terlebih dahulu

Kepala-kepala ini mengutuk dengan caci juga serapah
akibat anak mereka hilang ditelan pemerintah

Kepala-kepala ini tak punya tuhan,
akibat harap mereka pada tuhan untuk meningkatkan suhu otak pemerintah
tak juga terkabul hingga hati mereka ngebul

Kepala-kepala yang pada mereka isi kitab suci sempat datang, bertandang
--sekadar bertanya kabar dan berbincang soal hak dan bodohnya pemerintah -- 
juga pelajaran ilmu sosial keburu lumer pada otak mereka
yang belum pernah tahu kalau-kalau sosial sudah pernah pamer di negeri ini.





Kepala III

Kepala Ini memandang jiwa-jiwa menggelandang 
mengemis hak di bawah sana
Kepala Ini tak jua paham mengapa 
kepala-kepala dibawah sana tak pernah sepaham soal hidup

Kepala-kepala yang satu merenggut
Kepala-kepala lain terenggut

Sesungguhnya hah-hak kalian adalah hakKu
Susah payah kalian di bawah, 
mengapa tak mencoba memohon ke atas sini?



Jatinangor, 18 Maret 00.01


No comments:

Post a Comment