Kepala-Kepala I
Kepala-kepala itu terantuk ingatan,
namun melewatkannya
dengan menengadah
Kepala-kepala itu berjalan tanpa memandang,
sedang mereka tahu menuju jurang
Kepala-kepala itu dikutuk cacian, juga serapah
Kepala-kepala yang tak ingat pada sumpah
Kepala-kepala itu punya tuhan yang mereka pajang di ruang
kerja
dan yang mereka ucap sesempurna purnama di kepala mikrofon
Kepala-kepala yang pada mereka isi kitab suci tak benderang
juga pelajaran ilmu sosial telah beku pada otak mereka yang
suhunya minus
Kepala-kepala II
Kepala-kepala ini mengangguk terpatah,
tebas adalah kado jika bantah mencuat dari ubun-ubun
Kepala-kepala ini menunduk,
asa mereka sudah merunduk menembus tanah terlebih dahulu
Kepala-kepala ini mengutuk dengan caci juga serapah
akibat anak mereka hilang ditelan pemerintah
Kepala-kepala ini tak punya tuhan,
akibat harap mereka pada tuhan untuk meningkatkan suhu otak
pemerintah
tak juga terkabul hingga hati mereka ngebul
Kepala-kepala yang pada mereka isi kitab suci sempat datang,
bertandang
--sekadar bertanya kabar dan berbincang soal hak dan
bodohnya pemerintah --
juga pelajaran ilmu sosial keburu lumer pada otak mereka
yang belum pernah tahu kalau-kalau sosial sudah pernah pamer di negeri ini.
Kepala III
Kepala Ini memandang jiwa-jiwa menggelandang
mengemis hak di
bawah sana
Kepala Ini tak jua paham mengapa
kepala-kepala dibawah sana
tak pernah sepaham soal hidup
Kepala-kepala yang satu merenggut
Kepala-kepala lain terenggut
Sesungguhnya hah-hak kalian adalah hakKu
Susah payah kalian di bawah,
mengapa tak mencoba memohon ke
atas sini?
Jatinangor, 18 Maret 00.01
No comments:
Post a Comment