Wednesday 5 March 2014

Bela Bangsa - Belkastrelka

Tiba-tiba saja malam ini. Bela Bangsa oleh Belkastrelka.
Setelah membeli CDnya entah sejak kapan tahun, mendengarkannya sesekali, dan kemudian menjadi seringkali, lantas berkali-kali.

Saya membeli CD Bela Bangsa - Belkastrelka ini di sebuah toko buku dan musik di Bandung, Omuniuum.
Sebelumnya saya tidak mengetahui sedikitpun tentang Belkastrelka, namun dengan desain cover 'bermakna banyak' yang disuguhkan inilah saya memutuskan untuk membeli CDnya, terlebih dengan judul album Bela Bangsa, cukup membuat penasaran juga.


Pertama kali CD ini melagu di telinga, saya masih merasa "asing" dengan musik yang dibawakan. Apa ya, musik Belkastrelka ini cukup absurd, ya begitulah bagi saya yang tak paham-paham amat soal musik ini. Sembari CD diputar, saya asyik membuka-buka kemasan seluruhnya. Desain gambar pada kemasan seluruhnya membuat saya berkhayal lebih jauh. Bonus 2 buah stiker yang juga jenaka juga membuat geli sendiri rasanya. Ada satu hal yang membuat saya agak tercengang -tapi tak heran juga sebenarnya-, Belkastrelka mengizinkan lagu-lagu dalam CD ini dibajak, begini bunyinya: "Boleh membajak asal tidak untuk kepentingan komersial". Artinya, kita bisa saja membagikan kepada kerabat kita dengan mudah dan halal. Melihat ketulusan mereka dalam bermusik, menjadi tak aneh ketika tulisan ini terbaca juga.

Terdapat 13 lagu di dalam album ini, berikut adalah lagu-lagu memabukkan itu:
1.   Rumah Kardus
2.   Pujian Expatriat
3.   Agen Gosip
4.   Kucing Gering Football Club
5.   Stasiun Lupa
6.   Pertarungan di Pinggir Selokan
7.   Nyanyian Pengantin
8.   Jalanan Buruk
9.   Kampung yang Tenggelam
10. Mitos Bangsa Ramah
11. Epik Jalanan
12. Duit Duit (Emang Selalu Kurang)
13. Gugur Gunung

Ketigabelas lagu tersebut secara umum mengangkat persoalan-persoalan sosial sederhana dan sedikit tentang cinta yang terjadi di kehidupan sehari-hari kita. Tapi, mejadi tak sederhana lagi ketika mendengarkan dengan seksama. Tergambar jelaslah potret bangsa kita (yang perlu dibela dan saling membela ini).

Favorit saya adalah Stasiun Lupa, Rumah Kardus, Pertarungan di Pinggir Selokan, Jalanan Buruk, dan Mitos Bangsa Ramah. Hahaha. Semuanya saya suka sebenarnya.

Sulit bagi saya untuk menjelaskan kenapa lagu-lagu tersebut bisa begitu terngiang, mungkin kutipan maupun lirik utuh ini akan mampu menjelaskan lebih banyak:

Stasiun Lupa
..........
..........
..........
    Demi apapun putarlah sembarang lagu
    Agar suara itu tak terdengar
    Aku butuh tandai tubuhku
    Sebelum seseorang melupakanku

    Tak ada hitungan, tak akan ada hitungan
    Setelah ini semua orang lupa
    Pahlawan hari ini tercatat pada kertas tisu
    Yang 'kan kau gunakan untuk keringatmu


Rumah Kardus
    Mari dirikan rumah kardus
    Biar gampang terbakar
    Cepat terhapus
    Bahkan oleh hujan
 
    Tapi ada kursi di taman belakang
     buat minum teh dan baca koran
     sebuah sepeda dan sejumlah ingatan
     mungkin tak perlu cinta yang terlalu
     karena di sini semua cepat berlalu


Pertarungan di Pinggir Selokan
     Panggung muram di halaman / itu tak menawarkan /
     harapan kursi-kursi / kosong beberapa diisi /
     anak-anak yang tak punya / hiburan di luar /
     kemiskinan bergerombol / mencari musuh /
     yang bisa dipukulinya / kemiskinan yang lain

     Mereka berkumpul / di dalam selokan yang gelap /
     mirip semak-semak yang / dingin dan mengerikan /
     Tinggal menunggu waktu / di mana peperangan / akan dimulai
 
     Lagu-lagu cinta akan mengiringi para hero ke medan laga
     Semalam keributan sudah terjadi di kampung sebelah /
     Malam ini adalah kelanjutan yang dinanti-nantikan
     Beban keseharian sejenak terlupakan
     tinggal pahlawan atau pecundang /

     Dan "Keong Racun" diputar lagi di panggung
     Mempercepat degup jantung
     Mempercepat pedang dilolos
     Aku pergi sebelum sesuatu akan terjadi

Jalanan Buruk
     Jalanan buruk ini harus diterima
     Ia seperti wajah kita
     Penuh lobang dan genangan sisa hujan
     Jalanan buruk ini membuatku berlama-lama
     di jalan sebelumnya akhirnya bisa menemuimu

    Jalanan buruk ini telah mengantarku ke panggung-panggung
    yang jatuh cinta pada suaramu
    Ke tempat-tempat di mana uang berguguran seperti hujan
    Meski hanya ribuan, ia akan membasahi tubuhmu

    Jalanan buruk ini telah mengantarkanmu kemana-mana
    Jalanan buruk ini telah mengantarkanmu kemana-mana


Mitos Bangsa Ramah
     Dimanakah senyummu itu
     yang biasa s'lalu menyambutku
     Katakan apa masalahmu
     Kenapa jadi begitu padaku
     Ooh, aku tak tahu

     Bisakah kita seperti dulu
     Saling peduli dan menghargai
     Apa jadinya hidup ini
     Bila engkau memalingkan muka

     Oh, jangan jangan libatkan aku 
     dalam urusan rumah tanggamu
     Ooh, aku tak mau 
     Tetaplah seperti yang dulu
     Apapun yang terjadi kau s'lalu
     Tersenyum padaku

     Bisakah kita seperti dulu
     Saling peduli dan menghargai
     Apa jadinya hidup ini
     Bila engkau memalingkan muka

No comments:

Post a Comment