Sunday 19 August 2012


Pagi Pertama di Bulan September

Pagi pertama di bulan Sepetember. Pukul 8 entah kurang atau lebihnya berapa menit,- aku tak peduli-aku terbangun dari tidurku akibat sinar matahari yang menelusup helai rambutku ku yang terurai hingga membuat kulit kepalaku terasa hangat, mendobrak tanpa kendali melalui jendela yang memang kubiarkan terbuka sedari aku tidur dini hari tadi. Menggeliat. Melihat-melihat. Mengambil tempat, segera ‘ku menghadapNya.
Untaian doa pun mengalir dari mulut yang belum disiram, deretan gigi yang belum digosok, dengan mata terpenjam dan telapak tangan terlipat bibir ini katup-mengatup mengucap puji:
Selamat pagi, Sang Maha
Terima kasih atas pagi ini, pagi pertama di bulan September
Terima kasih telah membangunkanku dengan caraMu, dengan mengutus matahariMu

            Buka mata
Melihat sekeliling.
Semua baik-baik saja,

Terima kasih atas keadaan baik-baik saja di dalam rumahku, di dalam hidupku, di dalam jiwaku. Tapi entah di Tanah Airku.
Aku berdoa supaya hari ini Kau jadikan baik untuk aku dan keluargaku, temanku, juga Tanah Airku.
Berkatilah kami dengan kasihMu yang sepanjang masa
Amin.

Kulanjutkan dengan membaca Injil. “Kebangkitan Yesus”. Disitu disebutkan ada dua orang Maria yang mengunjungi makamNya, Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus. Lantas, Maria Ibu Yesus? Paskah demi Paskah berlalu, namun pemahamanku tentang agamaku sendiri pun masih dangkal.
Android yang semalaman menjagaiku di samping bantal segera kuraih. Kutekan tombol tidak bulat di sisi tubuhnya.

 Data Network Mode. On.

Tap Facebook.

Ketik Selamat Pagi Pertama di Bulan September *.*

Status updated

Scroll atas bawah. Bawah atas. Kepo.

Notification.

Bla bla bla …

Exit

Tap PlumeTwitter
Bla bla bla….

            TraxFMJKT
Hari ini lo pengen ngucapin Terima kasih buat siapa?tweet ke kita dengan hashtag #TERIMAKASIHYAH terus mention temen/keluaga lo J

#TERIMAKASIHYAH ini aku yakin terinspirasi dari #ALHAMDULLILAHYAH-nya penyanyi wanita itu.

Tap tweet.
Tap #TE
#TERIMAKASIHYAH Sang Maha yang mengizinkan saya masih terbangun di pagi pertama di bulan September dengan kehidupan yang sangat amat baik. J

Pagi pertama sejak dini hari tadi aku meng-unfollow kekasih terakhirku- yang tepat setahun lalu kami berhenti. Tunggu, bukan kami yang memilih berhenti. Ia menghentikan ‘kami, maksudku -dan kekasihnya sekarang. Pria itu menjadi kekasih barunya 5 hari setelah berakhirnya kami. Sungguh pun sebelumnya ia pernah menceritakan pria itu. Kami memang selalu bertukar cerita jika ada orang lain yang menurut kami menarik di luar sana. Hal itu kami maksudkan untuk mengantisipasi terjadinya kesalahpahaman. Kami berniat untuk menjungjung tinggi keterbukaan dalam hubungan kami, namun keterbukaan itu ternyata… entahlah.

            Sudahlah.

Sudahlah hanya sudahlah. Kadang terbersit betapa dulu aku merasa sangat memilikinya. Aku menggenggamnya terlalu kuat, dan layaknya pasir ia pun luruh. Ia wanita yang sangat baik, selalu meluangkan  banyak waktunya untukku. Sebaliknya aku, menomorsatukan kekasih dalam hasrat dan ucapan, namun menomorsekiankannya dalam tindakan.

Salahkah aku melewatkanmu
Tak mencarimu sepenuh hati
Maafkan aku
(Yang Terlewatkan – Sheila on 7)

Hari-hari dalam setahun terakhir ini selalu kusempatkan menengok setiap akun jejaring sosialmu, Facebook, Twitter, Whatsapp, Live Profile, Tumblr, Heello, YM, bahkan Friendster. Berharap masih ada namaku kau sebut. Setidaknya dalam maki, caci, atau dengki, terlebih dalam galaumu. Aku sangat berharap… tapi tak pernah ada. 08082011, I love you, Banyu, 02:02 <3, Happy bla bla bla months, dear, itu yang ada. Segala tentangnya. Sepertinya kau bahagia di sana, bersamanya. Selamat.

Apakah di sana hujan?
Kupikir kau telah punya payung
(Mata Biru – Mustafa Ismail)
Pernah kucoba sesekali membuat sebuah surat. Semacam masturbasi. Bukan untukmu, tapi untukku, tapi tentangmu. Ini suratku yang kutulis dalam masa penggalauanku.

Ini bukan ratapan,
bukan juga caraku untuk mengemis kembalinya cintamu.
Ini hanya surat masturbasiku,
sekedar untuk refleksi.
Berkaca pada diri
Penyebab kau meninggalkanku.
Putus lagi cintaku,
Putus lagi jalinan kasihku.

Setelah menunggu kabarmu lebih dari 24jam-entah berapa jam, entah berapa lama-dalam galau, akhirnya kau mengabariku.
“Saada, Aku minta waktu sendiri. Boleh?”
Aku meng-iya-kan maumu dengan emosi yang…entahlah.

Aku lelah menunggu kabarmu dari malam kemarin-malam yang tak tenang setelah kau tak mengirimiku pesan seperti biasanya dan kulihat pesan dinding pada akun Facebookmu yang kurasa kubutuh konfirmasimu, karena itu aku merongrongmu dengan dering ponselmu-. Kalau memang kau sedang butuh waktu sendiri, tidak bisakah kau mengabari terlebih dahulu? Aku jamin aku tidak akan mengganggu. Terlebih pagi itu aku membagi sedikit suka cita ku atas diterimanya aku di salah satu perguruan tinggi negeri, tapi tak sedikit pun kau peduli. Seharian aku…entahlah.

Aku tahu hari itu aku tampak sangat tolol.
Hanya karena kau tak ada kabar aku seperti…entahlah.
Padahal itu bukan pertama kalinya kau begitu.
Entah apa yang membuatku begitu ingin segera berbicara denganmu.
Tadinya aku baru ingin menghubungimu malam nanti, karena ku tahu kau pasti punya alasan. - Ya, kau selalu punya alasan, dan aku selalu bisa menerima semua alasanmu.

Tengah malam aku terjaga
Kudapati pesanmu.
Galauku terjawab. Kau meminta akhiri hubungan kita, hubungan yang ku kira masih panjang umurnya.
Dengan alasan ‘bosan dan lelah’, kita berakhir.

Alasan yang sangat dapat ku terima.
Aku tahu aku orang yang membosankan ketika bersamamu, sangat membosankan kusadari belakangan ini. Hanya kata yang bisa ku beri padamu. Kata, kata, kata, dan kata. Kata yang kupikir cukup membuatmu muak untuk mendengarnya walau hanya untuk sekali lagi.

Maaf jika hanya kata. Maaf jika hanya maaf.
Aku hanya terlalu malu saat kau ada di depanku.
Jauh dari yang kau tahu, aku sangat(dan sangat) merindukanmu. Hanya saja aku malu.
Terima kasih untuk jarak-yang baru kurasakan sendiri sekarang ini ternyata tidaklah dekat- yang kadang kau tempuh ketika ada saatnya kau ingin bergantian bertandang ke rumahku.Untuk lima jam perjalanan menuju kemari dari kotamu.
Untuk pagi buta kau tiba di rumahmu sepulangnya dari rumahku
Untuk waktumu yang lebih banyak kau korbankan daripada waktuku
Untuk kesediaanmu menghabiskan waktu dengan aku yang membosankan di tempat-tempat yang tak pernah berbeda.
Untuk Natal pertama yang kurasakan dengan adanya seorang kekasih
Untuk pengorbananmu
Untuk pengertianmu
Untuk kesabaranmu
Untuk semua yang telah kau ajarkan padaku
Untuk ketulusanmu

Maaf untuk aku yang membosankan, yang tak mengerti bagaimana memperlakukanmu, hatimu dan cintamu
Untuk sifat kekanak-kanakanku
Untuk janji-janji yang belum tertepati
Untuk semua yang masih terpendam, yang belum sempat kutunjukkan padamu
Untuk aku yang tidak memahami
Untuk aku yang tidak peka
Untuk maaf yang terlalu banyak kuucap tanpa perbaikan sikapku.



Lagu yang kita dulu pernah rencanakan, tidak pernah tercipta sampai pada hari ini.
Telah kurangkai liriknya(jika itu pantas disebut sebuah lirik) sebenarnya, hanya saja aku belum memberikannya padamu untuk kau olah menjadi sebuah lagu indah(seharusnya).
Tadinya kupikir akan kusertakan lirik itu dalam bingkisan yang sedang kusiapakan untuk delapan bulan kita bersama nanti. Namun delapan bulan itu tidak ada.
Dan bulan-bulan selanjutnya yang selalu kuharapkan bisa kulewati bersamamu tidak ada lagi.
Mungkin jika kini lirik itu butuh nada, nada-nada minorlah yang akan membuatnya menjadi sebuah lagu. Lagu bahagia orang jatuh cinta yang bernada minor. Terdengar lucu tampaknya. Haha.

Sekarang kamu sudah bersama dia.
Pria yang kau ceritakan di telfon waktu itu bukan?
-saat kita masih bersama-
(dan yang kupikir yang juga disinggung oleh temanmu di dinding akunmu itu)
-saat kita menjelang akhir-
-dan akhirnya kita berakhir-

Selamat menikmati harimu
Yang kukira lebih membahagiakan ketimbang saat kau bersamaku

-keputusan ini membuatku belajar banyak
 membuatku sadar betapa banyak aku menyita waktumu, mengungkung harimu hanya untukku
 dan meminta begitu banyak perhatiamu.
 Hal yang sebenarnya sangat tidak kuinginkan ada dalam hubunganku dengan siapapun, ternyata tanpa  sadar aku melakukannya. Khilaf yang terlalu lama. Terlalu larut.

Jarak.
Salah siapa kita menantang jarak?
Ternyata kita gagal.

Maafkan aku, melewatkan wanita yang seharusnya tidak terlewatkan oleh pria manapun, Diandra.
Pagi ini, aku berniat melupakannya, walau maya, walau hanya bisa menghapus akunnya, yang kuragu aku akan tahan untuk tidak mencuri-curi tetap melihat profilnya, yang pada akhirnya mungkin akan kuikuti kembali dia, aktivitasnya, dan hatinya lewat burung biru kecil itu, berharap ada malaikat yang mengingatkannya akan aku yang belum mati hatinya.
Aku tidak akan menghapusnya dari hatiku, aku hanya ingin menghapus tipis coretannya yang tergurat terlalu kuat di hatiku. Terlalu dalam.
Aku hendak mandi sekarang . Pikiranku tentangnya membawa awan mendung ke atas rumahku, membuat minor kembali bersenandung dalam hatiku(hari yang ke 366). Semoga dinginnya air mampu membekukan cintaku, membekukan ingatanku, meskipun nanti ketika aku selesai mandi hati itu kembali ia hangatkan dan lumer. Betapa aku gila karenanya. Semoga ketika aku buang air nanti, ia ikut terbuang bersama gumpalan coklat cintaku yang kian hari kian membusuk-meracuniku, dalam bau yang selama ini dengannya ia penuhi jiwaku. Bau pengkhianatannya karena aku tahu ia berselingkuh, meskipun aku tahu selingkuhnya beralasan.
Tapi tetap menyakitkan ketika pada akhirnya aku mengetahui 4 bulan terakhir kami adalah keterpaksaan yang ia sandarkan pada waktu.
Mungkin ini yang dulu ia rasa:
Di manakah cinta yang dulu ada?
Apakah kau berubah atau hanya yang kurasa
Haruskah kita terus bertahan
Bersandar pada waktu untuk memutuskan semua
Dan bila ini kan menjadi nyata
Bila memang cinta tak lagi sama
Semua berbeda
Antara kita berdua

Haruskah ini ‘kan menjadi nyata
Bila memang cinta tak lagi sama
Lelah ‘ku mencoba
Haruskah kubertahan
Lelah aku bertahan (lagi)

Tak ingin semua berakhir
Semua yang kita lewati
Akhir yang bahagia
Sudah lupakan saja
Mungkinkah kita akan bertahan?
(Dan Bila – Soulvibe)

Aku punya alasan untuk selingkuh kan, sayang?
(Tamara Geraldine)

Ya, kamu punya...Dira, sayang. Selamat pagi.



No comments:

Post a Comment