Friday 17 August 2012

Sajak Tentang Hujan


Hei, di sini hujan.
Di sanakah?
Aku harap ya.

Di sini aku sangat menikmati hujan.
Ia membawa butiran kedamaian dalam setiap tetesnya.


Tahukah kamu?
Atau, begini saja, 
aku benar-benar ingin memberitahumu bahwa aku benar-benar sangat menghargai hujan
-terlepas dari ia sering membuatku membatalkan janji denganmu-

Aku menghargai setiap tetes hujan yang merelakan dirinya mencium tanah.
Bersetubuh dengan butiran coklat yang tak sepadan dengan jernih dirinya.
Membasahi si tua itu.
Dan membuatnya tetap berguna.


Aku juga menyalutkan keperkasaan rintik hujan yang mampu membuat si kuat batu mengaku kalah.
Si kuat batu pasrah, ia menikmati tiap gesek kikis rintik hujan.
Ia menikmatinya.
Sangat menikmatinya.
Rintik hujan menelusup ke dalam pori-pori abunya, dan ia menikmati cara butir hujan itu terpecah, menelusup, menggelitik.


Aku menghargai koloni butiran hujan yang membasahi jalan kota kita.
Berpadu dengan lampu kendaraan di tengah kemacetan.
Ia satu-satunya alasan yang membuat kemacetan begitu membahagiakan.
Terlebih dengan kamu di sisi.

Dengan tanganmu di genggaman.
Dengan jari-jari kita yang saling terkait.
Dengan hidung kita yang beradu.
Dengan bibir kita yang mengulum satu sama lain.


Koloni butir air itu begitu membuat semuanya indah dengan rasa yang berbeda.
Mereka memiliki cara sendiri untuk mengisi ruh jiwa kita dengan bahagia.

No comments:

Post a Comment