Thursday 27 February 2014

Bukit Cinta, Labuan Bajo

Hiyah!

Setelah sebelumnya menyaksikan perjalanan kami di Pantai Malimbu, Lombok, saat ini kami tengah berada di atas kapal feri yang membawa kami ke LABUAN BAJO! Yap! Kami sudah merapat ke dermaga saat ini.

Sore ini begitu tiba di rumah Pak Figo, pemandu wisata kami, kami langsung diajak berjalan – jalan ke suatu tempat yang konon nge – HITS di kalangan anak – anak 
muda Labuan Bajo.

Bukit Cinta! Begitu tempat ini disebut. Tidak perlu banyak bertanya kenapa tempat ini dinamakan bukit cinta. Kita akan tahu setelah sampai di puncak. Tidak  mudah untuk menaiki bukit cinta, diperlukan kekuatan cinta yang besar untuk memacu semangat kita. Hahaha 
Medannya cukup terjal, kuda – kuda harus terpasang kuat nih! Oiya, kalau ke sini usahakan pakai sandal gunung atau alas kaki yang cukup mencengkeram.

Nah!
Sekarang tahu ‘kan kenapa dinamakan bukit cinta? Gak bisa diungkapkan pakai kata – kata dehKamu harus datang sendiri kesini dan merasakan gelora cinta di atas sini, cinta dari Indonesia untuk setiap mata yang menyaksikan dan hati yang merasakan.


Tempat Rahasia di Malimbu

                       
Halo!
Pagi ini saya dan teman – teman JTRIP tengah transit di Lombok dalam perjalanan kami menuju Labuan Bajo. Berhubung kami baru akan berangkat kembali esok hari, maka hari ini kami putuskan untuk mengunjungi Pantai Malimbu. Pantai Malimbu berjarak sekitar 30 kilometer dari kota Mataram, tempat kami menginap. Kurang lebih satu jam perjalanan, kami tiba di Malimbu Sunset Point, yaa walaupun hari masih siang sih. Hehe.

WHOOW!
Ternyata tak jadi soal, meskipun siang hari, pemandangan dari atas sini sangat luar biasa menakjubkan! Airnya biru jernih. Birunya laut dan birunya langit membentang di hadapan kita. Karang – karang pun terlihat sangat jelas, lho. Ingin sekali rasanya melompat dari atas sini. Hahaha.
     
Di perjalanan pulang, driver kami tiba – tiba berhenti dan meminta kami mengikutinya. Bapak Urip, sang driver, masuk ke sebuah bangunan yang belum jadi. Kami yang tak tahu apa – apa ini mengikutinya.

WHOHOHOW!
Ternyata Pak Urip membawa kami ke surga dunia! Tempat dimana kebesaran Tuhan tak terbantahkan. Garis pantai tepat di depan batang hidung kami. Mata kami seolah terbagi, mata kiri untuk memandang gunung yang menjulang dan mata kanan untuk menyaksikan laut yang membentang.

J-TRIP Goes to Labuan Bajo

Setelah sebelum-sebelumnya J-Trip nge-Trip di pulau Jawa aja, yakni ke ujung timur Jawa (Taman Nasional Alas Purwo - Banyuwangi dan Bromo) dan ujung barat Jawa (Taman Nasional Ujung Kulon), 25 Agustus - 08 September lalu J-TRIP berkesempatan dalam kesempitan (karena kali ini kita jalan di hari kuliah) nge-trip ke bagian timur Indonesia. Berikut liputannya!


                                  


Minggu, 25 Agustus 2013 -  Jatinangor 16.00 WIB 
Yap! Hari ini adalah hari ini! A journey of a thousand miles begins!
Ribuan kilometer akan kami tempuh, bertolak dari Alfa Bungamas, Jatinangor Damri Shuttle menjadi kendaraan kami menuju Stasiun Kiara Condong, Bandung, Jawa Barat.

Alfa Bungamas - Jatinangor

Coolest Damri ever!

Ditemani senja yang kian jatuh menuju malam, perjalanan kami dimulai, kami tiba di stasiun Kiara Condong kurang lebih menjelang Isya. Setibanya di stasiun kami segera mencari warung makan untuk mengisi perut ini hingga besok pagi. Konon katanya pedagang asongan sudah tidak lagi diperkenankan berjualan di atas kereta. Setelah mengisi waktu dengan ini itu, pukul 20.30 WIB kami melaju dengan Kereta Kahuripan menuju Lempuyangan, Yogyakarta. 


Senin 26 Agustus 2013 - Yogyakarta 04.47 WIB 
 Stasiun Lempuyangan, Yogyakarta





Selamat pagi, Lempuyangan!

Senang sekali berada di sini, menempuh perjalanan semalaman dan pagi harinya sudah berada di tempat lain, kota Yogyakarta, provinsi Jawa Tengah. Di sini, dengan cara yang berbeda keindahan Indonesia terasa selalu membahagiakan.

07.45 WIB perjalanan kami menyambung perjalanan menuju Banyuwangi Baru dengan kereta Api Sri Tanjung. Kereta kami singgah di stasiun Gubeng, Surabaya, Jawa Timur.

Stasiun Gubeng - Surabaya 

Setelah meng-Gubeng kurang lebih setengah jam, kereta kembali melahap puluhan kilometer rel di hadapannya. Memasuki Sidoarjo, kami melewati situs pebuh fenomena abad ini "(Wisata) Lumpur Porong Sidoarjo". Memang dasar manusia Indonesia oportunis, bencana pun bisa jadi uang.
Omong-omong soal Bendungan Lumpur Porong, saya punya pandangan sendiri akan peristiwa ini. Imajinatif. Tahu kan apa itu cerita legenda? Seperti cerita di balik Danau Toba, Gunung Tangkuban Perahu, saya pikir ARB pun berniat melakukan hal yang sama. Dengan (kesalahan) kecanggihan teknologi pengeboran, Beliau mencoba membuat legenda tentang dirinya.



Wisata Lumpur Porong, Sidoarjo

20.40 WIB kami tiba di Stasiun Banyuwangi Baru. Beberapa dari kami, termasuk saya, menumpang mandi di Indomart. Ternyata mas-masnya gak ikhlas, waktu saya mandi doi menggerutu karena ternyata yang numpang mandi bukan hanya 1 orang, teman saya yang minta izin padanya memang cuma satu soalnya. Hahaha.

11.00 WIB Berjalan kaki menuju Pelabuhan Ketapang melintasi selat selat Bali untuk kemudian berlabuh di Gilimanuk, Bali. 

01.30 WITA
Tba di Gilimanuk, bis yang telah kami pesan sudah menunggu untuk membawa kami ke pelabuhan Padang Bai.

07.00 - WITA
Tiba di Padang Bai, Bali. Persiapan menyebrang menuju Lombok.
Pelabuhan Padang Bai, Bali

Monday 24 February 2014

Aku ingin Kau jamah, lebih daripada gundah yang dilemahkan doa, lebih daripada resah yang ditenangkan kata.

Sunday 23 February 2014

Hati - hati, kadang, mengabaikan Tuhan terjadi sesederhana kala kita mengabaikan kuman pada tangan yang tak dibasuh.

Menawar Satu

Seperti malam - malam yang kau tawarkan padaku
kala almanak kembali beranak angka satu

Malam ini -kala almanak tak mampu lagi beranak-
tak pula bertambah asa

Mungkin kau terlampau sering menawar pada Tuhan
Memohon Tuhan menambahkan sesuatu -yang entah apa-
pada ujung setiap perjalanan jumpa kita

Sayangnya, kau kehabisan waktu
pun Tuhan tak ingin

Malam - malam yang kemudian (tetap) kau tawar - tawarkan padaku
tak ubahnya air putih gratis pada warung makan

Kita harus paham,
meski almanak kembali beranak angka satu
"satu" tidak akan Ia -Sang Satu- tawarkan pada kita

=
Jatinangor, 23 Februari 2014