Friday 30 May 2014

Percobaan Bunuh Hati

Percobaan bunuh hati ini berawal dari terlalu banyaknya pemahaman tentang Tuhan -- yang banyak orang sebut dengan: agama.

Percobaan bunuh hati ini bermain-main di antara harapan tentang masa depan
dan kemungkinan untuk tenggelam dalam duka untuk saat yang tidak sebentar.

Sebagaimana paku ditancapkan oleh palu yang berirama
akan ada saat bagi tang untuk mencabut -- dipandu oleh dilema

Percobaan bunuh hati ini dilakukan dengan motif 'kesukaan', 'kenyamanan', dan 'kebahagiaan'
Tidak ada yang tidak sadar bahwa pisau pemotong hati tengah diasah
                                                     tambang penggantung harapan tengah disimpul
                                                     dan jurang tempat kelak mengubur asa tengah diperdalam

Semakin bertambah digit detik yang dihabiskan bersama
menjadi wajib mengkredit waktu untuk menguatkan jiwa
-- kalau-kalau tiba saat hati akhirnya herus mengucap rela
-- kalau-kalau tiba saat  nadi rasa memancarkan darah
-- kalau-kalau tiba saat harapan harus digantung
-- dan asa tentang bersama harus dikubur


"Semua agama tidak sama. Semua agama tidak mengatakan bahwa semua agama sama. Di jantung hati setiap agama terdapat suatu komitmen tanpa-kompromi terhadap suatu cara spesifik untuk mendefinisikan identitas Allah, dan sebagai hasilnya, mendefinisikan tujuan hidup.
Siapapun yang mengklaim bahwa semua agama adalah sama bukan hanya menunjukkan bahwa ia tidak mengenal semua agama, melainkan juga bahwa ia memiliki pandangan yang tidak utuh tentang agama-agama yang paling dikenal sekalipun. Setiap agama, pada intinya, bersifat ekslusif."
Ravi  Zacharias (Jesus among Other Gods)


Jatinangor, 30 Mei 2014

Saturday 24 May 2014

Makam Bosscha - Malabar, Pangalengan

Hari ini saya dan kedua teman -- yang sama-sama melakukan penelitian di Pangalengan -- secara dadakan mengunjungi makam Bosscha. Selama ini yang saya tahu Bosscha adalah planetarium di daerah Lembang, Jawa Barat. Baru belakangan ini saja saya ketahui bahwa Bosscha itu sebenarnya nama seorang tokoh dan ternyata dimakamkan di Pangalengan, tepatnya di kawasan perkebunan Malabar. Bermula dari celetukan saya "Ke makam Bosscha yuk!" dan salah seorang teman saya yang menanggapi "Yuk! Sekarang. Gimana?" Meskipun hari sudah cukup sore, yakni setengah 5 akhirnya kami mengarahkan tujuan kami ke makam Bosscha. Berikut adalah video singkat pelipiran kami sore ini:

Wednesday 21 May 2014

Selamat Pagi

Aku adalah mahluk bebas
Bermain-main bersama udara
dan menjadikan air tempatku berpulang

Kadang aku digugat matahari
karena seringkali menangkap sinarnya

Wednesday 7 May 2014

Berdoa pada Udara

Kulafalkan lamat-lamat penuh hikmat
Pada dini menjelang hari Jumat

Aku sudah tenggelam dalam lamatku
sejak tenggelam matahari pada petang -- yang kali itu berwarna biru

Aku berusaha terus terjaga
Beharap semesta memberiku asa
Namun, kata semesta doaku tak ia terima
Mungkin dihempas angin katanya

Oh, ternyata ku berdoa pada udara -- dan doaku melayang-layang entah di langit mana