Wednesday 19 September 2012

Menonton Gerimis




Selamat pagi,
Di luar sana masih sepi
Tanah masih meresah basah akibat air mata langit yang tumpah semalam
Ribuan butirnya pecah di oranye genting gubuk kita
Ratusan di antaranya berhasil jatuh di lantai tanah
Akibat lubang pada atap yang kita tak mampu renovasi

Kering daun-daun gugur melemah koyak
Tak lagi melayang-layang seperti siang kemarin
Mereka mati yang kedua kali
Sudah dilepas ranting, disiksa pula oleh rintik

Selamat pagi,
Udara tetap sama seperti pagi-pagi biasanya
Dingin, lembab
Hanya saja lebih romantis akibat rintik gerimis yang masih saja

Hanya saja, 
Romantis itu jika ada kamu
Tapi nyatanya tak
Jangankan kamu, 
Bayanganmu tak kau izinkan tinggal
Kamu pergi dengan pria Rusia itu

Hanya aku yang miris di sini
Menatap gerimis
Bukan aku mengemis,
Tapi memang benar hatiku teriris 

Kopi panas, kopi pahit panas
Dulu aku bahkan tak butuh sebutir gula 
Ketika menyeruputnya dengan wajahmu mengisi penuh bola mataku
Ketika rona wajahmu membahana di hatiku

5 sendok makan sudah gula 
Tak juga kurasa manis
6
7
8
9

Aku tahu
Aku tidak butuh gula
Aku butuh kamu untuk menemaniku menonton gerimis




No comments:

Post a Comment