Saturday 15 September 2012

Cintamu Membusuk, Senasib dengan Kelaminku

Senja ini, kutulis sepucuk surat untukmu
Kekasihku yang cintanya padaku ku tak yakin tak membusuk
Setelah ribuan hari kita tapaki dengan hati telanjang

Dimana kita dapat merasakan butiran rasa di telapak hati
dan membuat kita harus bebersih ketika hendak masuk rumah
Kadang kita melalui tanah-tanah basah sehabis hujan cinta
Kadang terpeleset karena nafsu yang terlalu licin
Pernah pula kita terperosok dalam kubangan rindu
dan kita malah berkubang asyik di sana

Itu dulu

Ketika menginjak taik kucing tetangga
yang tak suka kita jalan berdua
Bukan masalah buatmu
Tak kau hiraukan hasil panen buah bibir mereka
yang tak pernah tak mencibir

Sekarang

Jangankan taik kucing tetangga
Cipratan air hujan pun enggan kau lalui bersamaku
Entah karena apa

Apa isi otakmu telah sama dengan para tetangga pelempar taik kucing itu?
Yang berpikiran bahwa perawan kebanggaan desa sepertimu
Tak layak jalan denganku
yang bukan hanya tak perjaka
Aku bahkan tak dapat mengingat
gadis desa mana saja yang telah kubuat tak perawan

Akhirnya pujaanku tahu
Akhirnya kamu tahu
Dan kamu menganggap tabu aku
Kamu jijik denganku

Cintamu saat ini
kurasa telah membusuk
Sebusuk kelaminku sekarang

No comments:

Post a Comment