Terlalu sering aku menitipkan cerita
Pada siang hari yang diombang-ambing
angin yang berjalan
gontai
Teruntuk: Hutan Negeriku
Waktu-waktu belakangan
Angin tampak tak selera
menyapu debu-debu pinggir jalan
menyesah daun kering dari ranting
menghempas trembesi yang kian lebar
Kabar beredar,
Angin tengah didera lara
Sebab lebih dari sewindu --mungkin dekade mungkin abad
tak ia dengar kabar baik tentang Ibunda
Api tak henti meneror Ibunya
Sedihnya, ia dituduh bersekongkol
Mematikan Ibunya sendiri
“Aku tak mungkin dan tak ada daya memusnahkan Ibu”, tutur
angin
“Bejat-bejat haus minyak itu melempar sulut ketika aku
sedang menari-nari”
“Kini, aku enggan lagi menari, sungguh.”
Pantas saja, ceritaku tentang baik negeri tak pernah sampai
pada dunia.
No comments:
Post a Comment