Kadang ketidaktahuan itu menenangkan, sampai pada akhirnya waktu menginformasikan.
"Seperti hujan, begitu aku memujamu. Kutumpahkan segala yang telah kutampung untuk bisa kau nikmati sebagai tanah."
Sunday, 9 November 2014
Tidak perlu takut jika ada yang ingin meninggalkanmu, karena yang akhirnya tertinggal untukmu adalah peninggalan Tuhan yang paling baik.Tidak perlu juga terlalu khawatir tentang dia yang tidak memperhatikanmu.Sesungguhnya selain kepada keluargamu, Tuhan telah menitipkan perhatianNya pada sosok yang akan menjadi pemerhatimu sampai akhir.
Orang lain tetap orang lain, seberapapun kamu menganggapnya dekat, jiwanya tetap tak sama dengan jiwamu. Lain lagi soal belahan jiwa, mungkin ia ada, tapi entah di belahan dunia mana dan pada belahan masa yang bagaimana ia akan datang. Pacar kamu, suami atau istri, teman-teman, adik-kakak, bahkan ayah ibumu, sesungguhnya kamu tidak pernah mengenal mereka sebegitu dalamnya. Masa mengaburkan ketidakpahaman akan diri. Diolah oleh waktu bersama yang sering dihabiskan, lantas kita merasa 'sama'. Sesungguhnya, dari dalam diri kita pun banyak yang belum dikenali. Siapa kita, untuk apa kita hidup, cara hidup seperti apa yang kita mau. Hidup ini pada akhirnya tentang bagaimana memberi jiwa pada jiwa, setidaknya jiwa kita sendiri.
Wednesday, 29 October 2014
Sunday, 26 October 2014
Wednesday, 22 October 2014
Friday, 26 September 2014
Bukan Hanya di Hati
Kamu, akhirnya lebih sekadar di hati
Aku Baru Tahu Kamu Semenenangkan Itu
Monday, 22 September 2014
Aku Ingin jadi Satu-satunya Definisi Cinta yang Kau Pahami
Dan pula aku,tak bisa mencintaimu dengan biasa
Aku tidak pernah bisa mencintai tanpa jadi gila,
Aku ingin kamu paham soal cinta yang tidak main-main
Berhenti Menulis Tangan
Belakangan ini, aku mencoba mengurangi menulis dengan tangan
Menulis tangan buatku, bukan sekadar menggelar angan pada kertas
tapi juga mengajak perasaan untuk turut bekerja keras
Perasaanku telah banyak dikorbankan,
ketika dulu aku masih sering menulis dengan tangan
Kesedihan, muak, dan kecewa terus coba disuratkan pena pada genggam jemari
Sementara benang luka pada hati dibuka kembali -- tercerabut helai demi helai
Menulis tangan buatku, berarti menghimpun kembali memori
yang untuk beberapa waktu bersembunyi pada sela-sela saraf
Menulis tangan buatku, berarti mengundang organ tubuh, rasa yang telah luruh,
juga percaya yang telah runtuh untuk rela dipersatukan guna mencipta cerita utuh
Meski kesatuannya hanya sekadar pura dalam waktu yang sekian paruh
Belakangan ini, aku mencoba mengurangi menulis dengan tangan
dan membiarkan inspirasi menulis diri pada laman bebas di udara
yang entah siapa sudi jadi pembaca
Setidaknya aku tidak perlu tersiksa sebegitunya
Konektivitas jemari, hati, dan memori yang terlampau kuat
melemahkan jiwa begitu payah
Thursday, 18 September 2014
Bertutur Pop Kultur
Langit imaji hari ini kian cerah
Kata zaman, ia telah menemukan wadah
untuk hujan ide yang kian ruah
Saturday, 6 September 2014
Srenggani
Meski tak pernah tahu siapa penyemainya
Saturday, 30 August 2014
Sunday, 27 July 2014
Akal Kontur
serta igau lantur bapak dan ibuk
Hembus nafas bapak dan ibuk baur
di ruang petak yang memerangkap udara
Reyot dipan bambu menimbulkan decit
yang sama memilukannya
dengan ronta hati ibuk yang terlalu sakit
Tadi sore, dalam perjalanan pulang berjualan
Ibuk bertemu Pak Man, kawan lama bapak
Pak Man, kata ibuk,
memberi segenggam bunga bungur gugur
Seraya berkata
segala harap bapak dan ibuk padaku akan luntur
Akibat aku terjerembap
pada akal yang tak rata kontur
Sunday, 20 July 2014
Angin yang Enggan Lagi Menari
Monday, 30 June 2014
Camar yang Tak Lagi Sabar
tak lagi berputar-putar pada langit di atas laut
Koloni ikan kegemarannya
tak lagi berenang pada batas permukaan, mungkin terjerat kalut
Burung camar mencoba menumpuk sabar
kala pagi kemarin ia masih mencoba mengamati samudera
Berputar-putar dengan mata
menelusup genangan air bumi
Satu dua kali berputar
Terbit hingga terik matahari
memendar asa burung camar
"Ah sudahlah", katanya.
Burung camar meninggalkan langit di atas laut itu
Meninggalkan ketidakpastian itu
Asanya ia biarkan digantung senja
Harapnya tenggelam bersama matahari
yang tak akan datang lagi esok pagi
Tuesday, 3 June 2014
Sunday, 1 June 2014
Kata-kata dan Tanda Baca
Soal Maya Nyata
Friday, 30 May 2014
Percobaan Bunuh Hati
Percobaan bunuh hati ini bermain-main di antara harapan tentang masa depan
dan kemungkinan untuk tenggelam dalam duka untuk saat yang tidak sebentar.
Sebagaimana paku ditancapkan oleh palu yang berirama
akan ada saat bagi tang untuk mencabut -- dipandu oleh dilema
Percobaan bunuh hati ini dilakukan dengan motif 'kesukaan', 'kenyamanan', dan 'kebahagiaan'
Tidak ada yang tidak sadar bahwa pisau pemotong hati tengah diasah
tambang penggantung harapan tengah disimpul
dan jurang tempat kelak mengubur asa tengah diperdalam
Semakin bertambah digit detik yang dihabiskan bersama
menjadi wajib mengkredit waktu untuk menguatkan jiwa
-- kalau-kalau tiba saat hati akhirnya herus mengucap rela
-- kalau-kalau tiba saat nadi rasa memancarkan darah
-- kalau-kalau tiba saat harapan harus digantung
-- dan asa tentang bersama harus dikubur
Saturday, 24 May 2014
Makam Bosscha - Malabar, Pangalengan
Wednesday, 21 May 2014
Selamat Pagi
Bermain-main bersama udara
dan menjadikan air tempatku berpulang
Kadang aku digugat matahari
karena seringkali menangkap sinarnya
Wednesday, 7 May 2014
Berdoa pada Udara
Kulafalkan lamat-lamat penuh hikmat
Pada dini menjelang hari Jumat
Aku sudah tenggelam dalam lamatku
sejak tenggelam matahari pada petang -- yang kali itu berwarna biru
Aku berusaha terus terjaga
Beharap semesta memberiku asa
Namun, kata semesta doaku tak ia terima
Mungkin dihempas angin katanya
Oh, ternyata ku berdoa pada udara -- dan doaku melayang-layang entah di langit mana
Tuesday, 22 April 2014
Thursday, 3 April 2014
Burung Gereja
Sekarang mereka telah membuat sarang
di sebuah gudang pengolahan kopi -- tepat di atas bagian sortasi.
Bertengger berbaris pada rangka besi
yang mempertahankan atap gudang tetap membentang.
Cicitcuit di sana sini.
Mereka beterbangan keluar masuk tanpa usaha
akibat sisi-sisi pada atap yang semi terbuka.
Burung-burung gereja itu tak pernah berduka
dan tetap bersuka cita, meski tak lagi ke gereja.
Konon, menurut kabar burung yang pasti, gereja mereka digusur,
dianggap 'entah apa' oleh para pemuka di luar sana.
Lantas kemudian, tanah yang dahulu -- setiap minggu --
mereka bernyanyi merdu di atasnya
telah dijadikan diskotek entah oleh pengusaha mana.
Tuesday, 1 April 2014
Cerita Tak Nyata
Kutanyakan kau pada aksara
Barangkali mereka pernah bersatu
bergotong royong untuk bercerita tentangmu
Jawab mereka: tidak
karena ternyata kau tak nyata.
Thursday, 27 March 2014
Suatu Kali Sore Hari
Sekadar mencari sesuatu yang siapa tahu bisa bikin segar hati
Siapa sangka kemudian 'ku tergelincir khilaf lalu belok ke lokalisasi
Buah dada bergantungan seperti daging sapi di Pasar Kemiri
Sore hariku berikutnya kian tak pasti
Matahari
"Kenapa kau bersinar terlalu terik, Matahari?
Tidakkah kau lelah?
Pula kami yang di bawah sini sudah jengah ditimpa musibah.
Tunjukkanlah belas kasihmu sesekali."
Jawab Matahari:
"Beginilah caraku berbelas kasih pada kalian.
Aku berusaha keras agar tetap panas hingga kalian berpeluh.
Agar kalian paham bahwa belas kasihku kalian butuhkan.
Agar hati kalian tak menjadi keras dalam keluh."
Inspirasi
Inspirasi yang seringkali kujadikan puisi
Semata-mata jatuh dari langit-langit memori
Yang Sang Pemberi bangunkan dengan mengutus para peri
Inspirasi yang seringkali kujadikan puisi ini
Tak jarang bertanya diri: "Terhimpun dari apa aku ini?"
Wednesday, 26 March 2014
Sunday, 23 March 2014
Friday, 21 March 2014
Buah Dada Ibu
Guru Hidup: Kita Bertamu, Kita Dijamu
Agar kelak tak dianggap sembarang
Ayahku ingin anaknya pandai mencari uang
Agar kelak cucunya bisa senang
Agar tak ada cerita disita barang
karena tak mampu bayar hutang
Ayahku sekolahkan anaknya pada guru di desa seberang
yang ternyata juga seorang penggemar jalang
Guru itu bilang, kau tak perlu pandai cari uang
Akan kuajarkan kau bagaimana caranya terbang
Ayahku sekolahkan anaknya pada Guru Hidup di desa sebelah
yang ternyata, hanyalah seorang penggarap sawah
Katanya, tak punya uang seharusnya tak buat kau resah
Akan kuajarkan kau bagaimana caranya mensyukuri sesah
Lanjut Guru itu:
Nak, hidupmu tak akan menang karena uang
Kau bisa saja makan belalang kalau tak punya uang
Satu-satunya yang kutahu tentang hidup
dan bisa kuajarkan kepadamu:
Percayalah bahwa kau tak akan pernah redup,
Dunia ini tahu kau sedang bertamu, ia akan selalu menjamu.
Wednesday, 19 March 2014
Semangka
Belum juga tahu alasan ia dibelah
Kata pisau, belahannya pergi untuk dinikmati tamu undangan
Yang sekarang masih asyik berdendang dengan iringan
kendang
Buah semangka yang tinggal sebelah ini menangis sesenggukan
Jiwanya tak terima belahannya begitu kejam diperlakukan
Ia berdarah terus
Hatinya tergerus
Belahannya sudah terbagi enam belas
Ia tak juga bisa melepas
Alih-alih tak jua bisa ikhlas
Semangka yang tinggal sebelah itu
memohon pisau memberinya tebas
Semalam kulihat burung gagak berputar-putar pada pusara hati
Tampak ia menanti waktu untuk mematuk gusar yang bersarang
Monday, 17 March 2014
Kepala-kepala
Katanya:
"Lebih baik saya mempertahankan pohon yang hampir roboh daripada harus kembali menanam benih."
Mungkin menanam kembali akan terasa lebih melelahkan. Mencari benih baik terlebih dahulu, menanamnya dengan benar, menyiraminya, memberi pupuk, menyiangi gulma, menjaganya dari hama, memberi tegakan kala ia mulai merunduk karena telah lama waktu yang ia jalani. Namun, menurut saya menanam kembali memberikan kita peluang mendapatkan hasil yang lebih baik ketimbang mempertahankan pohon yang nyaris rubuh -- yang rubuhnya kita tak tahu kapan dan bagaimana pada akhirnya ia merubuhkan segala asa.
Thursday, 6 March 2014
Wednesday, 5 March 2014
Bela Bangsa - Belkastrelka
Setelah membeli CDnya entah sejak kapan tahun, mendengarkannya sesekali, dan kemudian menjadi seringkali, lantas berkali-kali.
Saya membeli CD Bela Bangsa - Belkastrelka ini di sebuah toko buku dan musik di Bandung, Omuniuum.
Sebelumnya saya tidak mengetahui sedikitpun tentang Belkastrelka, namun dengan desain cover 'bermakna banyak' yang disuguhkan inilah saya memutuskan untuk membeli CDnya, terlebih dengan judul album Bela Bangsa, cukup membuat penasaran juga.
Pertama kali CD ini melagu di telinga, saya masih merasa "asing" dengan musik yang dibawakan. Apa ya, musik Belkastrelka ini cukup absurd, ya begitulah bagi saya yang tak paham-paham amat soal musik ini. Sembari CD diputar, saya asyik membuka-buka kemasan seluruhnya. Desain gambar pada kemasan seluruhnya membuat saya berkhayal lebih jauh. Bonus 2 buah stiker yang juga jenaka juga membuat geli sendiri rasanya. Ada satu hal yang membuat saya agak tercengang -tapi tak heran juga sebenarnya-, Belkastrelka mengizinkan lagu-lagu dalam CD ini dibajak, begini bunyinya: "Boleh membajak asal tidak untuk kepentingan komersial". Artinya, kita bisa saja membagikan kepada kerabat kita dengan mudah dan halal. Melihat ketulusan mereka dalam bermusik, menjadi tak aneh ketika tulisan ini terbaca juga.
Terdapat 13 lagu di dalam album ini, berikut adalah lagu-lagu memabukkan itu:
1. Rumah Kardus
2. Pujian Expatriat
3. Agen Gosip
4. Kucing Gering Football Club
5. Stasiun Lupa
6. Pertarungan di Pinggir Selokan
7. Nyanyian Pengantin
8. Jalanan Buruk
9. Kampung yang Tenggelam
10. Mitos Bangsa Ramah
11. Epik Jalanan
12. Duit Duit (Emang Selalu Kurang)
13. Gugur Gunung
Ketigabelas lagu tersebut secara umum mengangkat persoalan-persoalan sosial sederhana dan sedikit tentang cinta yang terjadi di kehidupan sehari-hari kita. Tapi, mejadi tak sederhana lagi ketika mendengarkan dengan seksama. Tergambar jelaslah potret bangsa kita (yang perlu dibela dan saling membela ini).
Favorit saya adalah Stasiun Lupa, Rumah Kardus, Pertarungan di Pinggir Selokan, Jalanan Buruk, dan Mitos Bangsa Ramah. Hahaha. Semuanya saya suka sebenarnya.
Sulit bagi saya untuk menjelaskan kenapa lagu-lagu tersebut bisa begitu terngiang, mungkin kutipan maupun lirik utuh ini akan mampu menjelaskan lebih banyak:
Stasiun Lupa
..........
..........
..........
Demi apapun putarlah sembarang lagu
Agar suara itu tak terdengar
Aku butuh tandai tubuhku
Sebelum seseorang melupakanku
Tak ada hitungan, tak akan ada hitungan
Setelah ini semua orang lupa
Pahlawan hari ini tercatat pada kertas tisu
Yang 'kan kau gunakan untuk keringatmu
Rumah Kardus
Mari dirikan rumah kardus
Biar gampang terbakar
Cepat terhapus
Bahkan oleh hujan
Tapi ada kursi di taman belakang
buat minum teh dan baca koran
sebuah sepeda dan sejumlah ingatan
mungkin tak perlu cinta yang terlalu
karena di sini semua cepat berlalu
Pertarungan di Pinggir Selokan
Panggung muram di halaman / itu tak menawarkan /
harapan kursi-kursi / kosong beberapa diisi /
anak-anak yang tak punya / hiburan di luar /
kemiskinan bergerombol / mencari musuh /
yang bisa dipukulinya / kemiskinan yang lain
Mereka berkumpul / di dalam selokan yang gelap /
mirip semak-semak yang / dingin dan mengerikan /
Tinggal menunggu waktu / di mana peperangan / akan dimulai
Lagu-lagu cinta akan mengiringi para hero ke medan laga
Semalam keributan sudah terjadi di kampung sebelah /
Malam ini adalah kelanjutan yang dinanti-nantikan
Beban keseharian sejenak terlupakan
tinggal pahlawan atau pecundang /
Dan "Keong Racun" diputar lagi di panggung
Mempercepat degup jantung
Mempercepat pedang dilolos
Aku pergi sebelum sesuatu akan terjadi
Jalanan Buruk
Jalanan buruk ini harus diterima
Ia seperti wajah kita
Penuh lobang dan genangan sisa hujan
Jalanan buruk ini membuatku berlama-lama
di jalan sebelumnya akhirnya bisa menemuimu
Jalanan buruk ini telah mengantarku ke panggung-panggung
yang jatuh cinta pada suaramu
Ke tempat-tempat di mana uang berguguran seperti hujan
Meski hanya ribuan, ia akan membasahi tubuhmu
Jalanan buruk ini telah mengantarkanmu kemana-mana
Jalanan buruk ini telah mengantarkanmu kemana-mana
Mitos Bangsa Ramah
Sunday, 2 March 2014
Bertemu Komodo di Pulau Rinca
Pagi hari di Labuan Bajo, saatnya menjalankan ritual wajib jika kita berwisata ke Labuan Bajo “island hopping”. Yap! Hari ini pulau pertama yang akan kami kunjungi adalah Pulau Rinca, tepatnya resort Loh Buaya. Ternyata, komodo tidak hanya bisa ditemui di Pulau Komodo saja lho. Menurut pemandu wisata kami, komodo di Pulau Rinca konon lebih banyak dan lebih besar dibandingkan di Pulau Komodo sendiri.
Aktivitas yang akan kami lakukan di Pulau Rinca adalah trakking untuk ‘bertemu’ dengan komodo. Di sini tentunya tidak seperti kebun binatang yang dengan mudahnya kita dapat melihat hewan secara ‘pasti’. Di kawasan hutan Taman Nasional Komodo ini kami harus jeli terhadap keberadaan komodo. Terlebih, dengan warna kulitnya yang coklat, seringkali samar di antara semak – semak. Terdapat 3 buah jalur trakking yang disediakan bagi para wisatawan, yaitu long track (5 - 6 km dengan waktu tempuh 2 jam), medium track (3 – 4 km dengan waktu tempuh 1,5 jam), dan yang terakhir adalah short track (2 km dengan waktu tempuh 1 jam).
Oh iya! Ada hal penting yang harus diperhatikan jika kita hendak ‘bertemu’ komodo. Pertama, komodo adalah hewan kanibal, komodo sangat peka terhadap bau darah dan warna merah. Jangan nekat mengikuti trakking jika menggunakan baju merah. Begitu pula, jika teman – teman dalam keadaan memiliki luka berdarah, atau bagi para wanita, sedang datang bulan. Selain itu, komodo juga sangat peka terhadap ‘pancingan gerak’, semisal tali kamera, tas, atau hp yang menjuntai, maupun gerakan – gerakan lain yang bersifat memancing insting komodo.
Eh iya, selain komodo, sesuai dengan namanya “Loh Buaya” yang berarti Teluk Buaya, di sini –pastinya- terdapat buaya! Ada dua jenis buaya yang hidup di sini, yaitu buaya laut dan land crocodile (buaya darat). Pokoknya, kalau sudah disini, kita harus super hati – hati!! Keselamatan kita tergantung kewaspadaan kita!
Thursday, 27 February 2014
Bukit Cinta, Labuan Bajo
Tempat Rahasia di Malimbu
WHOOW!
Di perjalanan pulang, driver kami tiba – tiba berhenti dan meminta kami mengikutinya. Bapak Urip, sang driver, masuk ke sebuah bangunan yang belum jadi. Kami yang tak tahu apa – apa ini mengikutinya.
WHOHOHOW!
J-TRIP Goes to Labuan Bajo
Minggu, 25 Agustus 2013 - Jatinangor 16.00 WIB
Tiba di Padang Bai, Bali. Persiapan menyebrang menuju Lombok.