Wednesday 11 February 2015

Izinkan Aku Menyederhanakan

Boleh aku minta tolong padamu?
Coba kamu uraikan apa yang terjadi pada  kita saat ini.

Rumit ya?

Izinkan aku menyederhanakan, mari kita sebut saja ini adalah kerumitan yang tak teruraikan yang sayangnya harus terjadi pada kita.
Izinkan aku menyederhanakan, bagaimana kalau kita sebut saja ini: cinta?

Jakarta, 11 Februari 2015

Dua Hati Bodoh yang Saling Jatuh (yang belum tentu) Cinta

Pada sebuah sore hari
Sepotong kecil hati --dengan warna merah keabuan, kuyu, tak ubah bunga layu-- dibawa tuannya berjalan-jalan mengelilingi lapang rindu.

Hati itu diletakkan tuannya pada saku tak jauh dari kemaluan.

Terlampau bersobat dengan kemaluan,
hati itu jadi tak punya malu.

Pada sebuah pagi hari
Sepotong kecil hati --berwarna merah apel yang sedang ranum-ranumnya-- dibawa seorang nona berjalan-jalan pada taman rasa.

Hati itu diletakkan sang nona pada keranjang piknik, dibungkus cantik dengan sapu tangan bermotif bunga.

Terlampau lekat disetubuhi bunga,
hati ini tak lagi peka soal cinta.

Siang ini
Tuan dan nona berpapasan
--dari arah menuju sang tuan ke lapang rindu dan arah pulang sang nona dari lapang rasa-- pada sebuah jalan antara yang belum punya nama.

Hati Abu yang hampir mati itu, mencium aroma lain selain bau kelamin tuannya.
Semacam ranum yang dibalut harum.
'O mungkin itu cinta, sudah lama aku merindu', gumamnya.

Hati Merah Apel --yang tak peka soal cinta-- merasa disetubuhi oleh yang selain cinta. 'Apalah itu', ia menggelinjang.

Keduanya berpapasan pada sebuah jalan antara yang belum punya nama,
pada sebuah rasa dan rindu yang belum tentu cinta.